Berita Ethereum Hari Ini: Validator Ethereum Melarikan Diri saat Stablecoin yang Didukung Dolar Mendefinisikan Ulang Keuangan Global

Antrean keluar validator Ethereum telah melonjak ke rekor tertinggi sebesar 1 juta ETH, setara dengan $4,96 miliar, pada akhir Agustus 2025, menurut platform data blockchain validatorqueue.com. Ini menandai volume Ether tertinggi yang menunggu penarikan melalui sistem proof-of-stake (PoS) jaringan, dengan waktu tunggu rata-rata untuk penarikan mencapai 18 hari 16 jam. Lonjakan ini mencerminkan eksodus validator yang signifikan, menunjukkan potensi tekanan jual karena Ether telah naik sebesar 72% dalam tiga bulan terakhir, mendorong beberapa pemangku kepentingan untuk mempertimbangkan mengunci keuntungan. Meskipun sebagian dari penarikan ini dapat menyebabkan peningkatan penjualan, para ahli menyarankan pasar telah siap untuk hal ini, mengingat permintaan institusional terhadap aset berbasis Ethereum yang terus tumbuh. Marcin Kazmierczak, salah satu pendiri perusahaan oracle blockchain RedStone, mencatat bahwa keluarnya validator tidak sebanding dengan masuknya modal institusional ke Ethereum, yang ia gambarkan sebagai “dinamika pasar yang sehat” daripada tanda-tanda tekanan.

Ethereum terus memperkuat perannya sebagai penggerak likuiditas utama di pasar kripto, dengan open interest futures Ether mendekati $33 miliar. Para analis menyoroti minat institusional yang kuat terhadap Ethereum, mengutip penegasan ulang terbaru dari Standard Chartered bahwa Ethereum dan perusahaan treasury berbasis Ethereum tetap undervalued bahkan pada level harga saat ini. Bank tersebut memproyeksikan target ETH di akhir tahun sebesar $7.500, sementara peluang di Polymarket kini menunjukkan probabilitas 26% bahwa ETH akan mencapai $5.000 dalam bulan ini. Iliya Kalchev, analis di Nexo, mencatat bahwa posisi Ethereum sebagai “magnet likuiditas” semakin diperkuat oleh faktor makroekonomi, khususnya laporan klaim pengangguran awal AS yang akan datang dan Indeks Harga Pengeluaran Konsumsi Pribadi (PCE), yang keduanya dapat memengaruhi sentimen investor dan arus modal.

Sementara itu, pasar kripto secara umum sedang menyaksikan pergeseran halus dalam dinamika likuiditas, dengan dominasi Bitcoin atas pasar sedikit menurun. Pangsa pasar Bitcoin, yang sempat mencapai hampir 65% pada Juli 2025, kini turun menjadi 57%, menandakan redistribusi modal secara bertahap ke altcoin seperti Ethereum dan Solana. Analis FxPro Alex Kuptsikevich mengamati bahwa investor sedang mengalokasikan kembali aset ke altcoin, khususnya Ethereum, yang naik 20,9% dalam sebulan terakhir dibandingkan kenaikan Bitcoin sebesar 6%. Tren ini juga tercermin dalam arus ETF, di mana iShares Ethereum Trust mencatat arus masuk aset sebesar 25,5% dalam sebulan terakhir, dibandingkan hanya 1% untuk iShares Bitcoin Trust. Meskipun Bitcoin tetap menjadi aset dominan, keunggulannya tampak mulai menyempit seiring altcoin semakin diminati.

Peningkatan momentum pada stablecoin sedang membentuk ulang lanskap keuangan yang lebih luas, khususnya di pasar AS dan Eropa. Dengan utang AS yang melebihi $37 triliun, penerbit stablecoin seperti Tether dan Circle semakin diposisikan sebagai pembeli utama surat utang negara AS di bawah undang-undang GENIUS Act yang baru disahkan. Legislasi ini mewajibkan stablecoin didukung oleh aset likuid berkualitas tinggi, terutama surat utang negara AS jangka pendek, memperkuat dominasi dolar dalam sektor keuangan digital. Menurut analis HSBC, pasar stablecoin yang diatur dengan baik dapat semakin memperkuat posisi dolar AS dalam keuangan global. Data Morgan Stanley menunjukkan Tether dan Circle menguasai hampir 90% dari pasar stablecoin senilai $250 miliar, dengan proyeksi sektor ini dapat tumbuh menjadi $2 triliun pada 2028 dan berpotensi mencapai $4 triliun pada 2035. Ekspansi pesat ini menarik perhatian bank sentral dan pembuat kebijakan di seluruh dunia.

Menanggapi meningkatnya stablecoin yang didukung dolar AS, Uni Eropa sedang mengevaluasi kembali pendekatannya terhadap euro digital, dengan diskusi yang kini mencakup kemungkinan mata uang digital bank sentral (CBDC) berbasis blockchain publik. European Central Bank (ECB) sebelumnya lebih memilih infrastruktur privat untuk euro digital karena masalah keamanan dan privasi, namun langkah legislatif terbaru AS telah menggeser diskursus. ECB mengonfirmasi sedang mengeksplorasi teknologi terpusat dan terdesentralisasi, dan mungkin mengadopsi sistem blockchain publik seperti Ethereum atau Solana untuk meningkatkan aksesibilitas dan daya saing global. Urgensi untuk bertindak didorong oleh kekhawatiran bahwa stablecoin yang didukung dolar dapat memperkuat pengaruh AS dalam pembayaran lintas batas, kekhawatiran yang juga disuarakan oleh anggota dewan ECB Piero Cipollone, yang memperingatkan potensi ancaman terhadap kedaulatan keuangan UE. Dengan inisiatif yuan digital China dan digital pound Inggris juga terus berkembang, Eropa berada di bawah tekanan untuk mempercepat pengembangan CBDC-nya demi menjaga relevansi euro dalam ekosistem keuangan digital yang berkembang pesat.

Sumber: [1] Ethereum Exit Queue Hits Record $5B ETH, Raising Sell Pressure Concerns [2] Is Cryptocurrency Liquidity Shifting From Bitcoin to Altcoins? [3] Stablecoins Are Set to Reshape the Multitrillion-Dollar U.S. Treasury Market [4] EU Considers Open Blockchain for Potential CBDC [5] U.S. Stablecoin Law Jolts EU Into Rethinking Digital Euro Strategy: FT