Hal-hal yang perlu diketahui: Anggota komunitas dan partisipan Aave menjadi sangat terpecah dalam perdebatan mengenai kontrol atas merek protokol dan aset terkait, yang semakin memperburuk perselisihan yang sedang berlangsung tentang hubungan antara organisasi otonom terdesentralisasi (DAO) dan Aave Labs. Karena perdebatan ini menyentuh inti masalah yang dihadapi oleh banyak protokol kripto terbesar: ketegangan antara tata kelola terdesentralisasi dan tim terpusat yang biasanya mendorong eksekusi, maka hal ini menarik perhatian luas.
Dalam beberapa minggu terakhir, anggota komunitas dan partisipan Aave menjadi sangat terpecah dalam masalah kontrol atas merek protokol dan aset terkait, yang semakin memperburuk perselisihan yang sedang berlangsung tentang hubungan antara organisasi otonom terdesentralisasi (DAO) dan Aave Labs, perusahaan pengembang terpusat yang membangun sebagian besar teknologi Aave.
Perdebatan ini menarik perhatian luas karena menyentuh inti masalah yang dihadapi oleh banyak protokol kripto terbesar: ketegangan antara tata kelola terdesentralisasi dan tim terpusat yang biasanya mendorong eksekusi. Seiring protokol berkembang dan nilai merek meningkat, pertanyaan tentang siapa yang pada akhirnya mengendalikan aset-aset ini—pemegang token atau pengembang—menjadi semakin sulit untuk diabaikan.
Kontroversi ini bermula dari integrasi Aave dengan CoW Swap, sebuah alat eksekusi perdagangan, yang menyebabkan biaya pertukaran mengalir ke Aave Labs alih-alih ke kas DAO. Meskipun Labs berargumen bahwa pendapatan ini mencerminkan pekerjaan pengembangan di tingkat antarmuka, para kritikus menyatakan bahwa pengaturan ini mengungkap masalah yang lebih dalam: siapa yang pada akhirnya mengendalikan merek Aave, yang memiliki lebih dari 33 miliar dolar AS terkunci di jaringannya. Masalah ini kini menjadi inti dari perdebatan tentang kepemilikan merek dagang, domain, akun media sosial, dan aset merek lainnya milik Aave.
Pendukung kontrol DAO berpendapat bahwa proposal ini menyelaraskan hak tata kelola dengan mereka yang menanggung risiko ekonomi, membatasi kontrol sepihak oleh perusahaan swasta, dan memastikan bahwa merek Aave mencerminkan protokol yang diatur dan didanai oleh pemegang token, bukan oleh satu pengembang saja. Mereka yang mendukung kepemilikan Labs berargumen bahwa mencabut kontrol merek dari pengembang dapat memperlambat proses pengembangan, mempersulit kemitraan, dan mengaburkan tanggung jawab atas operasi dan promosi protokol.
Proposal ini memicu perpecahan mendalam di antara anggota komunitas, dengan penentang dan pendukung mengajukan visi yang sangat berbeda untuk masa depan Aave.
Dukungan Labs
Pendukung Aave Labs berpendapat bahwa kontrol berkelanjutan perusahaan atas merek Aave dan aset terkait sangat penting bagi kemampuan eksekusi protokol dan daya saing dalam skala besar. Mereka menyatakan bahwa kebangkitan Aave di bidang DeFi tidak dapat dipisahkan dari otonomi operasional Labs.
“Dalam diskusi ini, perlu lebih diperhatikan berapa banyak kesuksesan Aave selama bertahun-tahun yang disebabkan oleh Aave Labs/Avara, serta betapa menantangnya menjalankan perusahaan nyata sebagai DAO,” kata mantan karyawan Aave Labs, Nader Dabit, di X. “DAO secara struktural tidak dapat menghasilkan perangkat lunak yang kompetitif. Setiap keputusan produk menjadi proposal tata kelola, setiap perubahan membutuhkan konsensus pemegang token, dan setiap peluang yang berkembang pesat mati dalam diskusi forum, sementara pesaing mengeksekusi.”
Dari sudut pandang ini, pengelolaan aset front-end oleh Aave Labs memungkinkan iterasi yang lebih cepat, tanggung jawab yang lebih jelas, dan interaksi yang lebih lancar dengan mitra (terutama institusi keuangan tradisional yang membutuhkan lawan hukum yang dapat diidentifikasi). Para pendukung memperingatkan bahwa memindahkan kontrol merek ke entitas hukum yang dioperasikan DAO dapat memperlambat eksekusi pada saat-saat penting.
George Djuric dari KPMG berpendapat bahwa memaksa Aave Labs ke dalam model operasi yang bergantung pada hibah atau sangat dibatasi akan berisiko mengubah para pembangun menjadi pelaku politik, bukan tim produk. Ia menyatakan bahwa struktur ini akan membunuh inovasi dengan membuat pengembang terverifikasi menjadi “politisi yang bernyanyi untuk mencari nafkah” di setiap siklus pendanaan.
Pendukung lain juga membantah anggapan bahwa kontrol merek sama dengan ekstraksi ekonomi dari DAO. Mereka menunjukkan bahwa pendapatan di tingkat protokol masih sepenuhnya dikendalikan oleh DAO, sementara monetisasi di tingkat antarmuka—seperti integrasi pertukaran—ditujukan untuk mendanai pengembangan berkelanjutan, yang pada akhirnya meningkatkan protokol. Dalam pandangan mereka, pekerjaan Labs memperluas kue ekonomi secara keseluruhan, meningkatkan potensi keuntungan jangka panjang DAO, bukan menguranginya.
Juru bicara Aave Labs belum memberikan tanggapan atas permintaan komentar hingga batas waktu.
Kepemilikan Merek oleh DAO
Pendukung kontrol aset merek oleh DAO berpendapat bahwa masalahnya bukan untuk mencegah perusahaan swasta membangun produk, melainkan untuk menyelaraskan kepemilikan dengan tempat terjadinya eksekusi dan penciptaan pendapatan secara nyata.
Kontributor lama Aave dan pendiri Aave-Chan Initiative, Marc Zeller, dalam sebuah postingan di X pada hari Selasa menyatakan bahwa DAO telah menjadi mesin pemeliharaan risiko, peluncuran upgrade, dan penciptaan pendapatan berulang, sementara aset merek berfungsi sebagai etalase. Pendukung DAO tidak menyangkal bahwa Aave Labs terus membangun dan memelihara sebagian besar alat protokol. Sebaliknya, mereka berpendapat bahwa kontrol akhir atas upgrade, pendanaan, dan risiko telah berpindah ke tata kelola, dengan Labs sebagai penyedia layanan inti yang beroperasi bersama kontributor lain yang didanai dan diawasi oleh DAO. Masalah muncul ketika satu pihak swasta mengendalikan etalase, sementara ekosistem DAO menjaga mesin tetap berjalan.
Sebagian besar pertumbuhan Aave selama beberapa siklus pasar berasal dari tim eksternal layanan independen, yang membantu menjalankan sistem dan menjaga agar tetap mutakhir—pekerjaan ini pada akhirnya mengalirkan nilai kembali ke DAO. Jika merek dan distribusi tetap dikendalikan oleh entitas swasta, pendukung DAO menyatakan bahwa pemegang token akan kekurangan pengaruh atas kinerja jangka panjang, monetisasi, dan arah Aave.
Namun, Zeller menyatakan bahwa fokusnya adalah pada struktur, bukan individu. Jika kepemilikan merek dan distribusi tetap berada di luar DAO, pemegang token akan memiliki pengaruh terbatas atas kinerja, monetisasi, atau arah jangka panjang protokol. Proposal ini berpendapat bahwa kepemilikan DAO, dengan pengelolaan yang didelegasikan di bawah ketentuan yang dapat ditegakkan, lebih mencerminkan cara kerja Aave saat ini.
“Situasi Aave DAO dan Aave Labs hari ini mungkin merupakan perdebatan waktu nyata paling penting tentang hak pemegang token,” tulis mitra investasi Louis Thomazeau di X menyoroti dampak perselisihan ini terhadap model tata kelola pemegang token yang lebih luas. “Ini bukan hanya tentang pemegang token Aave; ini penting bagi semua pemegang token yang memperhatikan perkembangan ini dan semakin khawatir.”
“Jika Stani berpikir kita bosan membahas hak pemegang token, maka dia tidak memahami kenyataan,” tambah analis riset Messari, Sam Rushkin, di X .
Berdasarkan hasil terbaru, sejauh ini sekitar 58% suara menentang pemindahan kepemilikan aset terkait Aave ke DAO, dengan sekitar sepertiga pemilih memilih abstain. Pemungutan suara dijadwalkan berakhir pada hari Jumat.
Baca selengkapnya: Aave turun 18% karena perselisihan, tokennya jatuh lebih dalam dibandingkan token kripto utama lainnya
