Segera setelah akuisisi senilai miliaran dolar, terjadi pencurian—apakah ini ulah peretas Korea Utara lagi?

Penulis: Chloe, ChainCatcher

Bursa kripto Korea Selatan Upbit mengungkapkan bahwa sekitar pukul 4 pagi hari ini terdeteksi adanya aktivitas penarikan yang tidak biasa, sekitar 44,5 miliar won Korea (sekitar 30,43 juta dolar AS) aset jaringan Solana (termasuk SOL, USDC, dan sejumlah token kecil lainnya) telah dipindahkan ke dompet eksternal yang tidak diketahui. Upbit menyatakan, "Kami segera mengonfirmasi keluarnya aset akibat penarikan yang tidak biasa ini, dan akan membayar seluruh jumlah tersebut dengan aset Upbit untuk memastikan aset pengguna tidak dirugikan."

Saat ini Upbit telah membekukan dana sekitar 2,3 miliar won Korea (sekitar 1,57 juta dolar AS), dan aset lainnya masih terus dilacak.

Setelah insiden tersebut, bursa ini dengan cepat memblokir infrastrukturnya, memindahkan semua aset ke cold wallet yang aman untuk mencegah transfer yang tidak sah, serta melakukan audit keamanan pada setiap dompet dan sistem tanda tangan.

Kebetulan, pada hari yang sama enam tahun lalu Upbit juga mengalami peretasan. Menurut Cryptonews, insiden tersebut disalahkan pada peretas Korea Utara, di mana ETH yang dicuri saat itu bernilai sekitar 41,5 juta dolar AS. Setelah pencurian, Upbit juga menggunakan dana sendiri untuk menutupi seluruh kerugian dan menangguhkan perdagangan selama dua minggu.

Saat ini Upbit menyatakan sedang bekerja sama dengan berbagai proyek dan lembaga terkait untuk mencoba membekukan atau memulihkan token yang dicuri, serta bersiap untuk menyerahkan data kepada aparat penegak hukum. Menurut laporan media Korea BlockMedia, Biro Pengawasan Aset Virtual Otoritas Pengawas Keuangan Korea Selatan telah segera melakukan pemeriksaan terhadap platform tersebut. Otoritas Pengawas Keuangan: "Kami telah mengetahui insiden peretasan ini dan saat ini sedang menyelidiki kronologi serangan, tingkat kerugian, serta langkah-langkah yang diambil untuk melindungi aset nasabah."

Selain itu, menurut analisis Beosin Trace, sebagian dana yang keluar secara tidak normal dari Upbit telah mulai dipindahkan. Salah satu alamat pengguna Binance (berawalan 2zR) setelah insiden ini menerima SOL yang keluar secara tidak normal dari Upbit melalui beberapa alamat perantara, dengan total nilai sekitar 315 ribu dolar AS dalam bentuk SOL.

Pendiri Crypto Quant, Ki Young Ju, juga menulis di platform X bahwa setelah Upbit menangguhkan penarikan akibat serangan peretas, bot arbitrase untuk sementara berhenti beroperasi, sehingga dana investor ritel Korea memanfaatkan kesempatan ini untuk mendorong harga berbagai altcoin di platform.

Baru saja mengumumkan akuisisi, kini harus menangguhkan deposit dan penarikan akibat pencurian aset

Induk Upbit, Dunamu, baru saja kemarin mengumumkan akuisisi dengan Naver Financial, dengan valuasi transaksi sekitar 10,3 miliar dolar AS, menjadikannya salah satu akuisisi terbesar dalam sejarah keuangan Korea Selatan. Selain untuk mendorong ekosistem stablecoin won Korea dan pembayaran, akuisisi ini juga bertujuan membuka jalan bagi Upbit untuk melantai di bursa AS.

Menurut informasi sebelumnya, dewan direksi kedua pihak akan melakukan merger melalui pertukaran saham penuh. Dalam pertukaran saham ini, harga tukar per saham Dunamu adalah 439.252 won Korea, sedangkan Naver Financial adalah 172.780 won Korea, dengan rasio pertukaran ditetapkan 1:2,54. Selain itu, salah satu pendiri Dunamu akan memegang sekitar 30% saham setelah merger dan menjadi pemegang saham terbesar. Untuk menghindari pelanggaran undang-undang monopoli Korea, Dunamu akan menyerahkan lebih dari setengah hak suara kepada Naver agar struktur merger dapat berjalan lancar.

Laporan keuangan terbaru Dunamu memperkuat posisinya sebagai pemimpin bursa aset digital di Korea Selatan. Pada kuartal ketiga tahun ini, pendapatan bersihnya tumbuh 300% dibandingkan tahun sebelumnya, mencapai 165 juta dolar AS, meningkat lebih dari 300% dibandingkan periode yang sama tahun lalu. Kinerja keuangan ini menjadi dorongan besar bagi akuisisi ini.

Akuisisi ini juga menunjukkan tingkat komplementaritas bisnis yang tinggi antara kedua pihak. Naver, sebagai raksasa teknologi terkemuka di Korea, telah memperluas bisnisnya dari mesin pencari ke e-commerce (Naver Shopping), pembayaran (Naver Pay), dan konten digital (Naver Webtoon), membentuk ekosistem bisnis yang lengkap. Dengan peluncuran GIWA Chain L2 yang dikembangkan sendiri oleh Dunamu, perusahaan ini tidak lagi terbatas pada bisnis bursa, tetapi juga beralih menjadi penyedia infrastruktur blockchain, yang sangat melengkapi beragam skenario bisnis Naver. Selain itu, merger ini juga meletakkan dasar bagi stablecoin won Korea, di mana stablecoin yang sedang dikembangkan Dunamu akan didistribusikan terutama melalui Naver Pay, menghubungkan seluruh rantai pembayaran dari infrastruktur blockchain hingga pengguna akhir.

Namun, karena terkait risiko stablecoin, kepatuhan bursa, dan masalah persaingan pasar, transaksi ini masih harus melalui pemeriksaan otoritas pengawas keuangan Korea dan Komisi Perdagangan Adil. Pada awal November, Dunamu juga didenda sekitar 25 juta dolar AS oleh otoritas intelijen keuangan Korea (FIU) karena pelanggaran KYC. Selain itu, pendaftaran pengguna baru dan deposit/penarikan di Upbit juga ditangguhkan selama tiga bulan.

Regulasi Korea memperketat bursa, Upbit menghadapi tantangan untuk IPO di Nasdaq

Ini adalah salah satu denda terbesar yang dijatuhkan kepada bursa aset kripto di Korea Selatan dalam beberapa tahun terakhir, dan merupakan bagian dari tindakan penegakan hukum pemerintah Korea terhadap pelanggaran anti pencucian uang dan KYC di industri kripto.

FIU menyatakan, "Dalam audit anti pencucian uang terhadap Dunamu, ditemukan sekitar 5,3 juta pelanggaran KYC." Lembaga ini juga mencatat bahwa Dunamu gagal melaporkan 15 transaksi mencurigakan.

Menurut CoinDesk, Dunamu tidak langsung mengakui denda besar ini dan bahkan sedang melakukan audit internal untuk mengajukan banding. Juru bicara Dunamu juga menekankan bahwa FIU pernah melakukan kesalahan penilaian di masa lalu. "FIU pernah mendenda Hanbitco sebesar 2 miliar won Korea karena kekurangan KYC pada sekitar 200 pengguna, namun pengadilan Seoul kemudian membatalkan denda tersebut dan menyatakan kasus tersebut tidak memenuhi unsur pencucian uang."

Namun kali ini otoritas pengawas Korea juga tidak mundur, dan telah melakukan pemeriksaan menyeluruh terhadap Dunamu, Korbit, GOPAX, Bithumb, dan Coinone. Menurut laporan FIU, dalam audit kepatuhan anti pencucian uang dan regulasi lainnya, ditemukan bahwa Bithumb, Coinone, Korbit, dan GOPAX juga melanggar sejumlah peraturan.

Sebagai bursa kripto terbesar di Korea Selatan, mulai dari sanksi yang dihadapi Upbit di awal bulan hingga insiden pencurian aset hari ini, semuanya terjadi di sekitar waktu pengumuman rencana merger Dunamu dan Naver Financial kemarin. Terlebih lagi, setelah merger, Upbit berencana untuk mengejar IPO di Nasdaq, sehingga insiden-insiden ini jelas menjadi tantangan bagi rencana ekspansi mereka.