• JPMorgan mengungkap kepemilikan saham senilai US$102 juta di BitMine Immersion Technologies, perusahaan yang kini beralih menjadi pemegang cadangan Ethereum.
  • BitMine telah mengakumulasi lebih dari 3,24 juta ETH, menjadikannya salah satu perusahaan publik dengan kepemilikan Ethereum terbesar di dunia.

Dalam laporan pengajuan 13F-HR ke Komisi Sekuritas dan Bursa AS (SEC), bank raksasa JPMorgan Chase & Co. tercatat memiliki 1.974.144 saham BitMine Immersion Technologies per 30 September, dengan nilai posisi mencapai sekitar US$102 juta.

Ini bukan langkah kecil, karena BitMine bukan lagi perusahaan tambang Bitcoin biasa, melainkan kini disebut-sebut sebagai “raksasa cadangan Ethereum.”

Dari Penambangan Bitcoin ke Penimbun Ethereum

BitMine dulu dikenal sebagai perusahaan yang mengandalkan teknologi pendinginan cair untuk menambang Bitcoin. Namun sejak awal 2025, arah bisnisnya berubah total.

Perusahaan itu mengumumkan bahwa mereka menjadikan Ethereum (ETH) sebagai aset cadangan utama, bahkan menargetkan posisi sebagai salah satu pemegang ETH terbesar di dunia. Saat ini, BitMine mengklaim sudah memiliki lebih dari 3,24 juta ETH.

Menariknya, langkah itu bukan terjadi dalam semalam. Pada Juli 2025, BitMine baru memegang sekitar 300 ribu ETH, senilai lebih dari US$1 miliar. Sebulan kemudian, kepemilikan mereka melonjak menjadi 833 ribu ETH.

Dan ketika September tiba, jumlahnya telah menembus 2 juta ETH, dengan total aset kripto dan kas mencapai lebih dari US$9,2 miliar. Lonjakan yang begitu cepat membuat nama BitMine semakin sering muncul di meja rapat para investor institusional.

Bukan cuma itu, perusahaan juga meluncurkan program pembelian kembali saham senilai US$1 miliar untuk memperkuat posisi pemegang saham.

Aksi itu memicu spekulasi bahwa BitMine sedang mempersiapkan diri sebagai “Strategy versi Ethereum.” Jadi wajar saja jika JPMorgan, yang dikenal hati-hati dalam berurusan dengan aset digital, ikut mencicipi sahamnya.

Arah Baru JPMorgan di Dunia Kripto

Di sisi lain,CNF sebelumnya melaporkan bahwa pada Oktober lalu, JPMorgan menilai token Base , jaringan yang dikembangkan Coinbase, bisa membuka jalur monetisasi baru untuk perusahaan itu.

Coinbase diperkirakan bakal memperoleh nilai ekuitas besar jika Base memiliki adopsi jaringan yang kuat. Dengan kata lain, JPMorgan tampak sedang memperluas sayapnya ke berbagai sisi ekosistem on-chain, tidak hanya lewat saham perusahaan tambang, tapi juga lewat proyek infrastruktur.

Lebih lanjut lagi, pada Juli 2025, JPMorgan dan Coinbase mengumumkan kolaborasi besar yang membuka akses kripto bagi jutaan nasabah Chase di Amerika dan luar negeri.

Dimulai musim gugur ini, para nasabah Chase bahkan bisa membeli aset kripto langsung di platform Coinbase hanya dengan menggesek kartu kredit mereka. Bagi sebagian orang, ini terasa seperti tanda bahwa lembaga keuangan tertua di AS mulai berdamai dengan aset digital.

Namun demikian, di balik langkah berani ini, ada risiko yang tidak bisa diabaikan. Nilai posisi JPMorgan di BitMine sempat turun sekitar 22%, dari US$102 juta menjadi sekitar US$79 juta, seiring koreksi harga ETH pada kuartal terakhir.

Meski begitu, bagi JPMorgan, fluktuasi jangka pendek mungkin bukan masalah besar, di mana bank ini tampaknya lebih fokus pada potensi jangka panjang Ethereum sebagai fondasi ekonomi digital.