Rp18 Triliun Kripto Terlikuidasi Meski The Fed Pangkas Suku Bunga, Ini Alasannya

Pasar kripto mengalami penurunan signifikan pada Jumat (31/10/2025) pagi, dengan Bitcoin (BTC) jatuh ke level terendah awal November di sekitar US$106.300 di tengah ketidakpastian ekonomi di Amerika Serikat.

Menurut data CoinMarketCap , harga Bitcoin turun hampir 4% dari US$110.000 ke titik terendah harian di US$106.300 sebelum rebound ke kisaran US$109.000 hingga artikel ini ditulis. Kapitalisasi pasar Bitcoin juga turun ke US$2,17 triliun, menandakan tekanan jual yang cukup besar di tengah ketidakpastian makroekonomi global.

Grafik harian BTC/USD. Sumber: CoinMarketCap

Secara luas, seluruh pasar aset kripto ikut melemah. Ethereum (ETH) turun 2% ke US$3.880, sementara BNB, XRP, dan Solana (SOL) terkoreksi di kisaran 3–6%. Kapitalisasi pasar kripto global mencatat penurunan hampir 3% menjadi US$3,66 triliun.

Data CoinGlass menunjukkan, likuidasi kripto harian mencapai US$1,1 miliar atau setara Rp18 triliun, dengan trader long menderita paling besar hingga hampir US$962 juta atau sekitar Rp16 triliun.

Likuidasi kripto harian. Sumber: CoinGlass

Baca juga: Donald Trump Sepakat Pangkas Tarif Impor Tiongkok Usai Bertemu Xi Jinping di Korsel

Kesepakatan AS-Tiongkok Tak Mampu Mendorong Reli

Mengutip laporan Reuters pada Kamis (30/10/2025), Presiden Amerika Serikat Donald Trump mengumumkan bahwa dirinya dan Presiden Tiongkok, Xi Jinping, telah mencapai kesepakatan penting dalam pertemuan bilateral di sela-sela forum Asia-Pacific Economic Cooperation (APEC) 2025 di Busan, Korea Selatan.

Trump menyatakan bahwa tarif impor terhadap produk asal Tiongkok akan dipangkas dari 57% menjadi 47%, termasuk penurunan bea perdagangan prekursor fentanyl hingga 10%. Sebagai imbalannya, Beijing berkomitmen untuk menindak perdagangan ilegal fentanyl, melanjutkan impor kedelai dari AS, serta menjaga ekspor logam tanah jarang (LTJ) tetap stabil.

Sejalan dengan perkembangan tersebut, Menteri Keuangan AS, Scott Bessent, juga mengumumkan bahwa pemerintah AS akan menangguhkan pembatasan yang selama ini membatasi akses perusahaan Tiongkok terhadap teknologi sensitif milik Amerika.

Kebijakan ini menjadi bagian dari kesepakatan baru yang mendorong Tiongkok untuk menghentikan kontrol ekspor terhadap logam tanah jarang, komponen vital dalam industri elektronik dan pertahanan.

Langkah ini menandakan mencairnya tensi dagang antara dua kekuatan ekonomi terbesar dunia. Secara historis, hubungan perdagangan yang membaik antara AS dan Tiongkok kerap menjadi katalis positif bagi aset berisiko seperti kripto.

Namun, sentimen positif dari perbaikan hubungan dagang tersebut bertepatan dengan meningkatnya kekhawatiran pasar atas hasil rapat Federal Open Market Committee (FOMC) dan pernyataan terbaru Ketua The Fed, Jerome Powell.

Baca juga: Bitcoin Anjlok ke US$110.000 Usai The Fed Pangkas Suku Bunga AS

Ketidakpastian The Fed Buat Pasar Goyah

Dalam konferensi pers FOMC pada Rabu (29/10/2025), Powell menegaskan bahwa meski inflasi telah menurun jauh dari puncaknya di pertengahan 2022, levelnya “masih berada di atas target 2%.”

Dalam pidatonya juga, Powell mengungkapkan bahwa para anggota FOMC memiliki “pandangan yang sangat berbeda” mengenai peluang pemangkasan suku bunga pada Desember mendatang, pernyataan yang membuat pasar keuangan tertekan, terutama di AS.

“Terdapat perbedaan pandangan yang kuat tentang bagaimana langkah kebijakan selanjutnya di Desember. Pemangkasan suku bunga lanjutan bukanlah sesuatu yang pasti, jauh dari itu. Kebijakan moneter tidak berada di jalur yang telah ditentukan,” ujar Powell.

Selain itu, The Fed juga mengonfirmasi berakhirnya kebijakan quantitative tightening (QT), atau pengetatan likuiditas di sistem keuangan, pada Desember nanti. Secara teori, peningkatan likuiditas di masa depan dapat mendukung harga aset kripto karena menambah aliran dana ke pasar berisiko.

Namun, analis memperingatkan adanya jeda waktu antara berakhirnya QT dan dimulainya quantitative easing (QE), fase di mana The Fed kembali menyuntikkan likuiditas secara aktif. Dalam periode transisi ini, pasar kripto berisiko melemah lebih jauh sebelum dukungan likuiditas baru benar-benar hadir.

Dengan kombinasi faktor tersebut, mencairnya hubungan dagang AS–Tiongkok, ketidakpastian arah kebijakan moneter The Fed, dan likuidasi besar di pasar kripto, investor kini berada di persimpangan antara harapan terhadap pemulihan likuiditas dan kekhawatiran akan koreksi lanjutan di pasar aset digital.

Baca juga: Analis Prediksi Bitcoin Mustahil Turun di Bawah US$100.000 Jika Skenario Ini Terjadi